Jumat, 15 Februari 2013

Kejujuran dan Profesionalisme

Dr. Amir Faishol Fath, MA

Dua hal yang harus dipenuhi dalam usaha apapun untuk mencapai tujuan yang diinginkan adalah kejujuran dan profesionalisme (keahlian dalam menjalankan tugas). Ibarat sayap keduanya merupakan satu kesatuan, saling mendukung tak terpisahkan. Bila satu hilang, perjalanan usaha akan timpang dan akan menyebabkan kecelakaan pada pihak- pihak terkait. Berbagai perusahaan atau instansi bahkan negara mengalami krisis, karena hilangnya salah satu dari kedua unsur utama tersebut. Kejujuran bagi profesionalisme ibarat ruh bagi jasad. Profesionelisme akan tampil loyo, tak bertenaga bila terus digerogoti dengan tindak kebohongan para pelakuknya. Begitu juga kejujuran tidak akan tampil secara maksimal dengan hasil yang diharapkan tanpa dukungan profesionalisme.
Allah SWT. menegakkan alam ini dengan sangat sempurna, tidak ada sedikitpun tanda bahwa Allah main-main, tergambar didalamnya nilai-nilai kejujuran dan profesionalisme. Allah berfirman: “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang atau cacat? Kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat” (QS. 67:3-4).
Tidak hanya itu, Allah SWT. membekali setiap Nabi dengan kejujuran dan profesionalisme. Rasulullah SAW. sebelum menjadi Nabi sangat dikenal di kalangan penduduk Makkah sebagai orang yang paling jujur dan terpercaya al amin. Khadijah binti Khuwailid seorang janda kaya dan terhormat tertarik kepada Rasulullah SAW karena kejujuran dan profesionalismenya yang nampak ketika membawa dagangannya ke negeri Syam. Keuntungan berlipat ganda diperoleh berkat kedua sifat yang dimiliki Rasulullah SAW.
Pernah suatu saat orang Quraish Makkah berstegang leher sampai ketingkat kemungkinan terjadinya pertumpahan darah, dalam hal siapa yang peling berhak mengembalikan batu hitam al hajarul aswad ketempatnya semula, setelah Ka’bah direhab. Masing-masing suku merasa paling berhak. Akhirnya sampailah pada kesepakatan bahwa yang masuk pertama kali ke masjidil haram dialah yang berhak melakukan pengembalian al hajarul aswad. Ketika yang masuk pertama kali ternyata Rasulullah SAW. mereka sangat gembira. Dari mulut mereka trucap al amin radhiina (orang yang terpercaya, kami rela dan setuju). Menariknya bahwa Rasulullah SAW. melaksanakan tugas tersebut bukan sekedar karena dipercaya, melainkan ia juga tampil secara profesional, surbannya dihampar dan diisi dengan al hajarul aswad lalu minta kepada masing-masing kepala suku untuk mengangkatnya bersama-sama, dengan langkah ini semua suku puas dan merasa terpenuhi apa yang mereka perebutkan.
Nabi Yusuf as. ketika meminta agar ditempatkan sebagai penaggung jawab keuangan dan kekeyaan negara, bukan karena ia tamak untuk memenuhi kepentingan pribadi, melainkan karena ia menyadari akan kejujuran dan ruh profesionalisme yang dimilikinya. Nabi Yusuf berkata: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan” (QS. 12:55). Dari ayat ini dan ayat sebelumnya (QS. 12:46) Yusuf sebagai ash shiddiq (sangat dipercaya) dan (QS. 12:54) makinun amiin (tinggi kedudukan dan dipercaya), nampak bahwa telah tergabung dalam diri Yusuf sifat kejujuran dan profisionalisme. Suatu indikasi bahwa Yusuf yakin dengan kedua sifat ini bisa menegakkan ekonomi negerinya secara seimbang. Tidak ada yang dizdalimi. Semuanya akan meresakan sejahtera baik di masa subur maupun di masa peceklik. Dari sini jelas bahwa dalam mengatasi krisis apapun dan pada level apapun, tidak ada jalan keculai dengan menegakkan kejujuran dan profesionalisme. Wallahu a’lam bissh shawab.

Wanita Dan Materialisme

Dr. Amir Faishol Fath
Aku menyaksikan kaum wanita dihina dalam kubangan materialisme. Mereka tidak dianggap manusia. Mereka ditampilkan semata barang dagangan. Keindahan tubuhnya disejajarkan dengan komoditi yang diklankan. Secara fisik dan psokologis mereka diperas habis-habisan. Mereka dipaksa untuk semata melayani kepuasan biologis. Itulah akibatnya ketika manusia tidak punya iman. Rasa malu yang Allah bekalkan dibuang jauh-jauh. Akibatnya mereka melakukan apa saja tanpa merasa malu sedikitpun. Tidak ubahnya seperti binatang bahkan lebih parah lagi. Benar Allah befirman: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai [QS. Al Araf 179].
Tidak bisa ditutupi bahwa kaum wanita yang lemah iman atau tidak punya iman telah banyak menjadi korban dalam putaran roda materilaisme. Kasus-kasus pelecehan seksual terhadap mereka adalah fakta yang tidak bisa dihindari. lebih menyedihkan lagi bahwa kehormatan yang Allah berikan kepadanya tidak dijaga lagi. Semua dianggap barang yang bisa diperjualbelikan. Semua dianggap mainan yang bisa disentuh siapa saja. Semua dianggap tontonan yang boleh dilihat semua orang. Aurat yang oleh Allah dihormati, ternyata diabaikan begtiu saja. Padahal dalam Al Qur’an Allah sangat menekankan pentingnya menutup aurat dengan dengan rapi, tanpa sedikitpun menampak lekuk-lekuk tubuh. Namun tuntunan itu tidak dindahkan. Perhatikan Allah berfirman: Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung [QS. An Nur:31]
Apa sebenarnya yang mereka cari? Mencari uang dengan cara menjual kehormatannya? Mencari kepuasan nafsu dengan cara berzina? Supaya dibilang cantik dengan cara mempertontonkan auratnya? Berapa miliar sih dapatnya uang sampai harus memilih dirinya menjadi bahan bakar neraka? Apa arti semua kekayaan itu dibanding siksa neraka yang sangat pedih? Apa kesenangan yang didapatkan ketika kemudian harus menerima adzab Allah yang tak terhingga panasnya? Itulah rahasianya mengapa Allah swt. mengajarkan agar ruhani manusia dihidupkan dengan iman. Sebab tanpa iman manusia akan kering jiwanya dan akan meronta-ronta mengejar segala harapan yang serba materi. Akibatnya ia akan tersiksa, dengan meletakkan dirinya seperti dalam situasi perang tanpa akhir, mengejar keuntungan duniawi dengan segala cara. Tak perduli halal-haram, semua dilakukan, demi kesenangan sasaat. Akibatnya lagi ia tidak akan pernah bahagia di dunia maupun di akhirat. Inilah kesengsaraan abadi. Sengsara di dunia dan sengsara selamanya di akhirat. Na’udzu billahi min dzaalika. Semoga Allah melindungi kita semua dari cengkraman materlisme yang setiap saat menggerogoti iman dan menjauhkan dari Allah swt. Amiin.

Kamis, 14 Februari 2013

Inilah Lima Keutamaan Hidup Jujur

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Dr Amir Faishol Fath
Banyak orang mengajar kebahagiaan di balik kemegahan materi. Padahal, itu semua hanyalah kesemuan belaka. Kalau ingin bahagia jujurlah. Jujur kepada Allah sebagai hamba-Nya, jangan basa-basi dan jangan setengah-setengah. Jujur sebagai suami maka selalu menjauhi dosa dan memberikan nafkah secara halal dan maksimal. Jujur sebagai istri maka selalu menjaga kehormatan diri dan harta suami dan benar-benar menjadi tempat berteduh bagi suami. Jujur sebagai pemimpin maka selalu menjunjung tinggi asa musyawarah dan bekerja keras untuk menegakkan keadilan dan memastikan kesejahtraan rakyatnya.

Bila kejujuran seperti tersebut di atas terwujud, banyak hikmah yang akan dipetik. Pertama, jujur akan mengantarkan ke surga. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan mengantarkan ke surga … dan sungguh kebohongan akan mengatarkan kepada dosa, dan dosa akan mengantarkan kepada neraka .…” (HR Bukhari-Muslim).

Berdasarkan ini, jelas bahwa tidak mungkin kebaikan akan datang jika manusia yang berkumpul di dalamnya adalah para pembohong dan pendusta. Bila di tengah mereka menyebar kebohongan maka otomatis dosa akan semakin merajalela. Bila dosa merajalela maka jamainanya adalah neraka.

Kedua, jujur akan melahirkan ketenangan. Rasulullah SAW bersabda, “… maka sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan kebohongan adalah keraguan .…” (HR Turmidzi). Orang yang selalu jujur akan selalu tenang, sebab ia selalu membawa kebenaran. Sebaliknya, para pembohong selalu membawa kebusukan dan kebusukan itu membawa kegelisahan akibat kebusukannya. Ia akan selalu dihantui dengan kebohongannya dan takut hal itu akan terbongkar. Dan, bila seorang pembohong seperti ini menjadi pemimpin maka ia tidak akan sempat mengurus rakyatnya, karena ia sibuk menyembunyikan kebusukan dalam dirinya.

Ketiga, jujur disukai semua manusia. Abu Sofyan pernah ditanya oleh Heraklius mengenai dakwah Rasulullah SAW.  Abu Sofyan menjelaskan bahwa di antara dakwahnya adalah mengajak berbuat jujur. (HR Bukhari-Muslim).

Rasulullah SAW terkenal sebagai manusia yang paling jujur. Bahkan, sebelum kedatangan Islam, beliau sudah masyhur sebagai orang yang jujur. Orang-orang kafir Makkah pun mengakui kejujuran Rasulullah SAW, sekalipun mereka tidak beriman. Bahkan, mereka memberi gelar al-Amin (orang yang tepercaya) kepada Rasulullah. Selain itu, mereka juga selalu menitipkan barang berharga kepada Rasul SAW.

Keempat, jujur akan mengantarkan pelakunya pada derajat tertinggi. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang memohon dengan jujur untuk mati syahid, (maka ketika ia wafat) ia akan tergolong syuhada sekalipun mati di atas kasurnya.” (HR Muslim).

Dan kelima, jujur akan mengantarkan pada keberkahan. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa seorang pembeli dan pedagang yang jujur dalam melakukan transaksi perdagangannya maka ia akan diberkahi oleh Allah. Sebaliknya, jika menipu maka Allah akan mencabut keberkahan dagangannya. (HR Bukhari Muslim). Wallahu a’lam.
Redaktur : Heri Ruslan

Umrah I'tikaf Lailatul Qadar 2013

Nikmati kekhusyu'an ibadah Umrah bersama Kafilah Iman...

Rasakan sensasi luar biasa serta pengalaman dahsyat yang tak terlupakan sepanjang hidup anda...ya betul... tul..tul...
I'TIKAF LAILATUL QADAR 2013...

AKU HARUS ... DATANG....
KA'BAH AKU DATANG...
MADINAH AKU DATANG....
ALLAH AKU DATANG MEMENUHI PANGGILANMU




Selasa, 12 Februari 2013

Umrah I'tikaf Lailatul Qadar 2013

Rasakan sensasi luar biasa serta pengalaman dahsyat yang tak terlupakan sepanjang hidup anda..